Warga Dukuh Bansari Gelar Peringatan Maulid Nabi

Wonosari, nugeka.com – Warga padukuhan Bansari menggelar Pengajian Maulid Nabi yang dilaksanakan di Balai Padukuhan Bansari pada Jumat (30/09/22) pukul 19.30 sampai 21.35 WIB. Kegiatan tersebut dihadiri sekitar 100 warga mulai dari anak-anak, remaja, hingga bapak dan ibu berbagai usia. Hadir dalam kegiatan tersebut Dukuh Bansari Ngadiono, Ketua Rukun Warga Supri, dan Rois Suriah Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama Kabupaten Gunungkidul Drs. KH. Bardan Usman, M.Pd.I.

Acara dimulai dengan pembacaan Shalawat Thoriqiyah yang dipimpin oleh Mas Wahyu. Selanjutnya, pembacaan Maulid Simtudduror dipimpin oleh Gus Uqi putra kedua Kyai Bardan dan kajian kitab ‘Aqidatul Awam oleh Gus Luthfi putra pertama Kyai Bardan.

Dalam kajiannya, Gus Luthfi menjelaskan bahwa Allah SWT bersholawat kepada baginda Nabi Muhammad SAW. Bukti bahwa Alloh bersholawat kepada Nabi dijelaskan oleh Abuya Sayyid Muhammad bin Alawi Al-Maliki. “Sebelum nabi Adam diciptakan, di semua pintu surga terdapat tulisan “Laillahaillallah Muhammadarrasulullah”. Lalu saat Nabi Adam diciptakan, beliau bertanya kepada Allah SWT “Ya Allah, niki teng sampinge asmane Panjenengan kok enten asma Muhammad, meniko sinten?” Jawab Alloh, “Muhammad iku kekasihku, sek bakal dadi pungkasane para nabi”, ungkap Gus Luthfi.

Gus Luthfi juga menjelaskan bahwa maharnya Nabi Adam ketika menikah dengan Siti Hawa adalah menggunakan kalimat syahadat. “Kisah-kisah tersebut menjadi bukti bahwa Allah SWT, mengucapkan sholawat dan salam kepada Kanjeng Nabi Muhammad SAW hingga berakhirnya dunia ini”, ungkapnya lebih lanjut.

Gus Luthfi kemudian mengisahkan mengenai Salam Al Farisi yang terkenal dengan pembuatan parit pada massa perang. Pembuatan parit yang awalnya cukup mengejutkan justru membuat kemenangan bagi umat Islam. Peristiwa perang Badar pun turut dikisahkan Gus Luthfi kepada jamaah.

Selanjutnya Gus Luthfi juga menyampaikan bukti buah dari bacaan shalawat. Dikisahkan seorang pedagang pisang di pasar. Pedagang tersebut memiliki tujuh anak yang setiap sebelum dan sesudah ke Pasar mampir ke Masjid untuk mengisi “kolah” Masjid. Semua anaknya menjadi orang yang sukses. Dan ternyata, setelah pedagang itu meninggal, kafan beserta jasadnya masih utuh. Rahasianya adalah pedagang tersebut membaca sholawat minimal 300 kali setiap hari.

Kisah lain yang disampaikan Gus Luthfi terjadi di Madinah dalam Kitab Habib Zain bin Umar bin Sumaith. Kisahnya mengenai seorang anak yang menangisi makam bapaknya karena si anak didatangi dalam mimpi. Bapaknya berwajah hitam karena disiksa oleh malaikat. Akhirnya anak tersebut membaca shalawat berkali-kali di atas makam bapaknya hingga tertidur. Setelahnya ia kembali didatangi bapaknya dalam mimpi dengan keadaan yang lebih baik dan nyaman. Ternyata keadaan tersebut lantaran bacaan sholawat dari anaknya. “Sholawat bisa menyelamatkan diri sendiri ya bisa, orang lain ya bisa, bahkan orang yang sudah meninggal pun bisa,” tandas Gus Luthfi.