Tim Instruktur Darul Quran Sukses Implementasikan Metode DaQu di Kampung Inggris Pare

Wonosari, nugeka.com – Metode DaQu adalah salah satu metode membaca kitab kuning dengan pendekatan rasa bahasa (Dzauq al-Lughoh). Metode ini diinisiasi oleh KH. Akhmad Kharis Masduki, Pengasuh PP Darul Quran Wal Irsyad Wonosari dan KH. Ahmad Rofi’i, Pengasuh PP. Anwarul Maliki Tulungagung dan berhasil diimplementasikan di Kampung Inggris Pare pada tanggal 1-14 Ramadhan 1444 H oleh tim instruktur dari PP Darul Qur’an Wal Irsyad.

Metode ini muncul melihat fenomena di pesantren banyak santri yang belajar ilmu nahwu dari tingkat dasar seperti Jurumiyah sampai tingkat atas seperti Alfiyah Ibnu Malik, namun untuk membaca kitab yang kecil saja masih kesulitan. Metode ini menyajikan materi dengan pendekatan utama Dzauq al-Lughah atau rasa bahasa, materi nahwu dan shorof yang ditekankan adalah materi yang paling sering digunakan dalam kitab kuning dengan bahasa yang sederhana.

Dengan Metode ini, santri mampu membaca dan menerjemahkan kitab tanpa harakat dan mampu menganalisa setiap kata dalam kitab kuning, bahkan orang awam yang belum pernah belajar jurumiyah sekalipun dapat mengikuti metode ini, dengan kecepatan dan level yang berbeda tentunya. Adapun proses kegiatan pembelajarannya menggunakan fun learning, mulai mengenal kosa kata, lalu memahami kalimat dengan dzauq lughoh, setelah itu baru nahwu dan shorof diberikan. Di sesi akhir program, semua peserta berani membaca dan menerjemah saat sesi kajian kitab kuning untuk dilombakan.

Metode DaQu sendiri sudah diujicobakan secara intern lima kali di PP Darul Qur’an Wal Irsyad dan uji ekstern pertama kali di FEE Center Pare Kediri, dengan peserta dari usia 12 tahun sampai 54 tahun. Nafi’ah Khairiyah, salah satu peserta program ini mengatakan bahwa selama dua minggu belajar membaca kitab kuning dengan metode DaQu ini merasa senang dan merasa jadi mudah memahami kitab kuning. “Awalnya saya berfikir belajar kitab kuning itu susah, menyeramkan dan membutuhkan waktu yang lama, dengan metode ini membaca kitab kuning menjadi mudah dan menyenangkan”, ucap Nafiah.

Hal senanda juga disampaikan oleh Muhammad Akmal. Menurutnya metode DaQu ini sangat mudah dipahami. “Alhamdulillah yang saya rasakan dalam mengikuti program ini saya merasa bahwa belajar kitab kuning itu sangatlah mudah, tidak seperti yang saya pikirkan sebelumnya, susah, tidak faham-faham. Dengan adanya metode ini saya sangatlah senang karena saya bisa cepat faham melalui metode ini”, ujar Akmal.

Selain itu, Imam Muhrozi salah satu Pengasuh PP Husnul Khotimah Cipanas Cianjur Jawa Barat, yang juga ikut berpartisipasi dalam program tersebut mengatakan bahwa metode DaQu ini luar biasa, mengkaji atau mempelajari kitab kuning dalam waktu singkat dua pekan bisa mendapatkan hal-hal dasar yang bisa di aplikasikan langsung didalam kitab kuning. “Saya berharap dan berdo’a kepada Allah SWT semoga apa yang diinisiasi atau digagas ini bisa diluaskan manfaatnya kepada seluruh kaum muslimin”, harapnya.

Sementara itu, Direktur FEE Center, Mr. Abdul Malik berharap metode ini bisa diterapkan di lembaga-lembaga yang lain, khususnya pesantren dan lembaga pendidikan Islam. “Saya berharap metode ini bisa ditularkan di lembaga-lembaga lainnya. Sekolah 6 tahun, dari Tsanawiyah sampai Aliyah kok nggak bisa baca kitab kuning, katanya sekolah Agama”, tandas Mr. Malik. (iim_rd)