Media, Simbol Kebangkitan Pemuda

Oleh:
Drs. KH. Bardan Utsman, M.Pd.I
Rais Syuriyah PCNU Gunungkidul

Nahdlatul Ulama (NU) merupakan organisasi besar yang secara turun-temurun terjaga kualitas dan kuantitasnya. Bukan hanya secara struktural, jamaah NU juga selalu terlihat banyak dan berkualitas.

Adanya pesantren, madrasah diniyah, dan majelis taklim yang tersebar di seluruh pelosok dunia menjadi wadah transfer of knowledge ilmu agama dan akhlak. Para kiai dan guru ngaji secara massif mengajarkan dan meneladankan ajaran-ajaran murni agama. Meski terkesan memasyarakat namun kedalaman ilmu dan ajaran agama tidak dapat diragukan lagi.

Akhirnya, para santri (warga nahdliyyin) “tidak berani” menggantikan peran kiai yang notabene sebagai figur otoritas. Mereka tidak mau tampil di depan, baik mengajar ngaji, menjadi imam shalat, imam tahlil, bahkan memimpin diskusi.

Kondisi semacam ini perlu menjadi perhatian bersama. Suatu saat jamaah akan ditinggalkan kiai dan guru-gurunya. Jika tidak pernah belajar, maka ketika terpaksa harus di depan ia mengalami shock. Bahkan tidak menutup kemungkinan melarikan diri. Alhasil, masjid NU tiada imam, amaliah rutin dan majlis taklim bubar, dan lain sebagainya.

Menjadi sangat menggembirakan manakala para pemuda NU saat ini berani tampil di depan. Bukan berarti su-ul adab, namun sebagai wahana kaderisasi. Karena bagaimanapun, mereka adalah orang-orang yang akan meneruskan estafet perjuangan guru-gurunya.

Konten media ini hadir akan menjadi salah satu corong sekaligus simbol kebangkitan ataupun kemunduruan pemuda. Harapannya, semua bisa bersinergi sehingga para pemuda berani belajar di depan sehingga eksistensi NU akan terus terlaksana.

Wallahu a’lam.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *