Apel Harlah: Ibu Bupati Berharap Semua Pihak Bisa Bersinergi dengan Garfa
Wonosari (NUgeka) – Dalam rangka Harlah Garfa ke-3, Garda Fatayat (Garfa) NU Kabupaten Gunungkidul mengadakan Apel Akbar pada Ahad, 20 Februari 2022 di SMK YAPPI Wonosari. Pembina Apel adalah Ibu Bupati Gunungkidul, Diah Purwanti Sunaryanta. Dalam sambutannya, ia menyampaikan apresiasinya dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada Garfa Daerah Istimewa Yogyakarta umumnya, dan Garfa Gunungkidul khususnya yang memiliki visi militan, humanis, dan cinta NKRI ini. Garfa yang bergerak dalam bidang perdamaian dan keamanan meliputi tiga bidang, yaitu protokoler, fatgana, dan rescue.
Saat ini, keberadaan Garfa telah diakui, khususnya di wilayah Gunungkidul. Garfa sudah melakukan berbagai aksi nyata dalam kegiatan. Diah berharap bahwa pihak-pihak terkait mulai dari Pemerintah Daerah Kabupaten, Organisasi NU, instansi-instansi yang lain juga bisa bersinergi dan memberikan ruang gerak dan kesempatan bagi Garfa untuk pengabdian.
Pada akhir sambutan, Diah berharap kegiatan seperti ini bukan saja untuk peringatan ulang tahun saja, melainkan sebagai ajang konsolidasi, peningkatan kapasitas, tukar informasi, refleksi diri, serta upaya membangun jiwa korsa dan sinergitas antar-relawan yang lain, terutama partner kerja, seperti Banser, yang ada di wilayah masing-masing.
Hadir dalam kegiatan ini Ketua Pimpinan Wilayah Fatayat NU Daerah Istimewa Yogyakarta, Khotimatul Husna, S.Ag., Kasatkorwil Garfa NU Daerah Istimewa Yogyakarta, Fetra Nurhikmah, S.Psi., Ketua Rais Syuriah, PCNU Gunungkidul, Drs. KH. Bardan Utsman, M.Pd.I., Ketua Tanfidziyah PCNU Gunungkidul, Drs. KH. Sa’ban Nuroni, M.A., Ketua PC Fatayat NU Gunungkidul, Laily Fauziah, S.Pd.I., beserta pengurus harian PC Fatayat NU Gunungkidul, Kasatkorcab Garfa Kota Yogyakarta, Ummu Aiman Siswi Hidayati, Kasatkorcab Garfa NU Gunungkidul, Mujinem, S.Ag., Perwakilan Muslimat Gunungkidul, dan anggota Garfa Gunungkidul.
Pelatihan
Apel Akbar ini dilanjutkan dengan Pelatihan Peningkatan Kapasitas bagi anggota Garfa di SMK Ma’arif Wonosari. Dalam Pelatihan tersebut diberikan berbagai materi guna lebih meningkatan kualitas diri. Ketua PW. Fatayat NU DIY., Khotimatul Husna menyampaikan materi tentang Garfa dan Visi Misinya. Sebagaimana telah diketahui, visi ber-NU yaitu Ahlusunah Waljamaah, mewujudkan Islam yang rahmatan lil ‘alamin, Islam yang membawa rahmat bagi semua. Tentunya hal ini hanya bisa terwujud dengan cara pikir ber-NU, yaitu tawassuth (moderat), yaitu selalu berpikir dan bersikap yang tengah-tengah, sedang-sedang, tidak ekstrim kiri ataupun ekstrim kanan. Tidak terlalu keras (fundamentalis) dan tidak juga terlalu bebas (liberal). Dengan cara berpikir seperti ini Islam bisa diterima di segala lapisan masyarakat.
Cara berpikir yang kedua yaitu tabayyun, berimbang, cover both side, menilai sesuatu tidak secara sepihak. Dengan sikap tabayyun diharapkan segala permasalahan dapat diselesaikan secara bijak dan arif. Sedang cara berpikir yang ketiga yakni, i’tidal atau tegak-lurus, yaitu sikap tegak dalam arti tidak condong pada kepentingan di luar Nahdlatul Ulama dan umat, lurus dalam arti berjuang semata-mata demi NU.
Pada kesempatan kedua, Kasatkorwil Garfa DIY, Fetra Nurhikmah, S.Psi. juga menyampaikan Materi Keprotokoleran. Beberapa diantaranya adalah tujuan protokoler, cakupan protokoler, dan tata cara keprotokoleran. Materi selanjutnya adalah Nurwastuti Setyawati, S.Pd.I, M.Si. yang menyampaikan materi Public speaking. Ada beberapa strategi agar apa yang kita sampaikan menjadi menarik, antara lain: membuat kesimpulan, menyampaikan kutipan / quotes, menyampaikan pernyataan yang memotivasi audiens, tantangan untuk segera bertindak / beraksi, dan berikan Joke / Lelucon yang relevan dan meminta audiens meneriakan yel-yel atau slogan tertentu.
Materi yang keempat disampaikan oleh Kasatkorcab Banser Kabupaten Gunungkidul, Risyanto, yaitu tentang teknik PAM dan ditutup oleh Ketua PC Fatayat NU Gunungkidul, Laily Fauziah, S.Pd. I tentang Garfa dan tantangannya. Ada dua tantangan yang saat ini dihadapi Garfa, yaitu tantangan internal dan eksternal. Tantangan internal terutama dari dalam diri sendiri dan tantangan eksternal adalah bagaimana memunculkan eksistensi Garfa agar dapat diakui oleh dunia luar, terutama ketika ada kegiatan-kegiatan yang membutuhkan Garfa.
Kontributor: Yulie Purwaningsih
Editor : Anton