Kirab Budaya, Inilah Penampilan MA Yappi Gubugrubuh

Playen, nugeka.com – Dalam rangka memeriahkan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia yang ke-79, Kapanewon Playen menggelar acara Kirab Budaya yang diikuti oleh 13 kalurahan di wilayahnya. Acara diselenggarakan pada hari Minggu, 25 Agustus 2024, mulai pukul 10.00 WIB hingga selesai.

Kirab dimulai dari Galeri Kernen, kemudian dilanjutkan menuju Pertigaan Jember, Perempatan Playen, dan berakhir di Pasar Sumber Rejeki. Seluruh warga Playen dan sekitarnya diundang untuk menyaksikan kemeriahan kirab ini. Kirab menampilkan berbagai kesenian tradisional, kostum budaya, serta atraksi unik dari setiap kalurahan yang berpartisipasi.

Kirab Budaya ini tidak hanya bertujuan untuk memeriahkan Hari Kemerdekaan, tetapi juga sebagai upaya untuk melestarikan dan memperkenalkan budaya lokal kepada generasi muda. Partisipasi aktif dari 13 kalurahan menunjukkan semangat kebersamaan dan gotong royong yang kuat di tengah masyarakat Kapanewon Playen.

MA Yappi Gubugrubuh berpartisipasi dalam kirab tahun ini dan mengusung tema Topeng ireng atau reog topeng ireng merupakan tarian rakyat atau tradisional yang berkembang di  Gunung Kidul, khususnya di daerah Kalurahan Getas.

“Topeng Ireng adalah salah satu kesenian tradisional yang berasal dari desa Tuk Songo Borobudur dan berkembang di daerah Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Topeng Ireng dahulu dikenal sebagai kesenian Dayakan. Ini adalah bentuk tarian rakyat kreasi baru yang merupakan hasil afiliasi dari kesenian kubro siswo yang menggunakan syair syair sholawatan Gandul Muslimin. Tari ini salah satu seni budaya lokal khas lereng Gunung Merapi ddan Merbabu yang akan dibawa dan dikenalkan ke Mayarakat Gunungkidul melalui perwakilan MA YAPPI Gubukrubuh,” kata Fariz Yustian.

Kegiatan Kirab ini di ikuti oleh Guru MA Yappi Gubukrubuh, Osis, siswa siswi MA Yappi serta mahasiswa PPL prodi PAI Stai Yogyakarta.

Tarian topeng ireng tersebut memiliki ciri khas yang berbeda dibandingkan dengan tari lainnya. Hal ini, karena penari memakai kerincing yang diikatkan di kaki kanan dan kiri sehingga setiap ada gerakan akan berbunyi kerincingan secara serentak.

Selain itu, para penari mengenakan topi seperti orang Indian, pakaian bawah seperti suku di pedalaman Kalimantan, diiringi tabuhan gamelan, truntung, jedor dan rebana.

Kesenian ini menggambarkan tentang kehidupan orang orang pedalaman lereng Gunung Merapi dan Merbabu dengan tradisi hidup akrab dengan alam.

Harapannya, dengan adanya acara ini, masyarakat Gunungkidul dapat lebih mengenal dan mencintai warisan budaya yang dimiliki, serta mempererat persatuan dan kesatuan di antara warga. Semoga acara ini memberikan kenangan indah bagi semua yang terlibat dan menyaksikan.

Kontributor: Wahid Nurohman