KH. Ahmad Zabidi Marzuqi, Lc

Pengasuh PP. Nurul Ummah Kotagede dan PP. Ar Romly Giriloyo Yogyakarta


Nabi Muhammad SAW pulang dari Isra’ Mi’raj pertama kali mendapatkan oleh-oleh berupa  kewajiban melaksanakan Shalat 50 waktu dalam 24 jam, yang kemudian mendapatkan arahan dari Nabi Musa AS untuk meminta potongan/ diskon dari perintah tersebut. Lalu, Nabi SAW naik kembali ke Sidratul Muntaha yang pada akhirnya adalah perintah shalat 5 kali dalam sehari.

Dengan demikian, ibadah shalat merupakan syariat yang paling agung. Sebagai ukuran seseorang yang agamanya kuat ataupun tidak bisa dilihat dan ditentukan dari shalatnya. Ketika seseorang itu shalatnya bagus, maka seseorang tersebut agamanya bagus. Ketika seseorang itu mengabaikan ataupun menunda-nunda shalatnya. Maka seseorang tersebut belum kuat agamanya. Misalnya, jika ada adzan حي على الصلاة kemudian orang itu malah njingkrung (posisi tidur seperti orang kedinginan) berarti agamanya juga njingkrung.

 Ketika dirimu berkeinginan untuk disapa Allah SWT, maka Shalatlah. Ketika dirimu berkeinginan untuk menyapa Allah SWT, maka Bacalah Al-Qur’an.

 Kemudian, dikarenakan oleh-oleh paling agung Isra’ Mi’raj adalah Shalat, kita juga secara langsung senantiasa berhubungan dengan Rasulallah SAW. Kita tidak pernah lepas dari Kanjeng Nabi, sang pembawa nikmat.

Dalam tahiyat, pada lafadz السلام عليك يا أيها النبي ورحمة الله وبركاته “Semoga sholawat salam dan rahmat keberkahan Allah terlimpahkan kepadamu (Nabi SAW)” menggunakan dhomir ك yang berarti hanya untuk Nabi SAW.

Ketika kita semua mengucapkan salam yang serupa, Rasulullah SAW akan menjawab dengan وعليك السلام bukan وعليكم السلام, artinya Rasulullah menjawabnya dengan satu persatu, tidak dijamak secara bebarengan.

Rasulallah SAW bersabda:

Tidak ada seorang pun memberi salam kepada ku (nabi) kecuali Allah mengembalikan nyawaku untuk menjawab salam.” (HR. Abu Dawud)

Oleh karena itu, Rasulullah kenal dengan seluruh ummatnya yang disebabkan karena salam. Maka, marilah kita senantiasa selalu bersholawat salam kepada Rasulullah Muhammad SAW.

Itulah Rasulullah di hati kita, dan kita di hati Rasulullah SAW.

Kontributor: Muhammad Royhan Assaiq

Editor: Anton Prasetyo

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *