Al–Qur’an Sebagai Pendamai Jiwa
Oleh : Pradnya Kasih Nuraini
Mahasiswi STAIYO Gunungkidul
Al–Qur’an merupakan pedoman hidup para umat. Segala hal yang terjadi di dunia bersumber pada Al–Qur’an. Al–Qur’an sendiri memliki berbagai nama salah satunya yaitu asy – syifa yang berarti obat. Al–Qur’an merupakan obat dari segala penyakit terutama penyakit hati ata jiwa.
Al – qur’an terbukti ampuh mengobati penyakit jiwa, diantara banyaknya kasus dalam hal ini yaitu kasus orang gila dan bunuh diri. Gila merupakan penyakit yang dikarenakan jauhnya rasa iman dari hati dn kosongnya hati tanpa siraman qolbu. Sedangkan, bunuh diri ada dikarenakan besarnya rasa putus asa pada suatu manusia yang kemudian diakhiri dengan cara buruk hal ini dikarenakan kurangnya pula rasa bersyukur.
Dari kasus diatas apabila seorang yang gila mengingat Allah maka kemungkinan akan sembuh dari penyakitnya bahkan tidak akan terjadi gila. Al–Qur’an telah menjelaskan pada surat Ar – rad ayat 28:
الَّذِينَ آمَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُمْ بِذِكْرِ اللَّهِ ۗ أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوب
Artinya: “(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tentram.” (QS. Ar – Rad: 28).
Selain gila, ada pula kasus yang dapat di sembuhkan dengan Al–Qur’an yaitu bunuh diri. Bunuh diri merupakan bentuk ketidak bersyukuran manusia, hal ini sangatlah melenceng dalam agama. Al–Qur’an menerangkan bahwa dengan rasa bersyukur Allah akan menambahkan nikmat. Hal ini tercantum pada surat Ibrahim ayat 7:
وَاِذْ تَاَذَّنَ رَبُّكُمْ لَىِٕنْ شَكَرْتُمْ لَاَزِيْدَنَّكُمْ وَلَىِٕنْ كَفَرْتُمْ اِنَّ عَذَابِيْ لَشَدِيْدٌ
Artinya :
“Dan (ingatlah juga), tatkala Rabbmu memaklumkan; ‘Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih’.” (QS. Ibrahim: 7).
Dalam pondok pesantren juga telah diajarkan untuk senantiasa mengingat Al–Qur’an sebagai obat. Hal ini dapat kita lihat apabila saat mereka kehabisan uang untuk menyambung hidup, para santri dilatih untuk selalu sabar berdo’a dan terbukti selalu ada reseki supaya mereka dapat menyambung hidup sendiri–sendiri.
Dengan demikian sudah jelas bahwa Al–Qur’an adalah penyembuh jiwa pendamai hati. Di dalam jiwa yang damai terdapat jiwa yang kuat. Al–Qur’an bersifat kekal dan mudah dipelajari sehingga tidak lagi rintangan supaya jiwa tetap damai dan hidup senantiasa berbahagia.